Love Story (Cerita Cinta)
by Islamiyah Al-Atifah
*Memendamnya
Bukan tanpa makna. Ruang yang tak pernah mempertemukan
dua sejoli, bukanlah tanpa alasan. Meskipun kerinduan akan tatapan yang ingin
dua insan itu luapkan tak pernah menemukan kesempatan. Ada yang membisik pada dunia,
tentunya. Mereka merencanakan sesuatu yang tak disangka oleh dua insan yang
berasmara. Rencana itu adalah Cinta.
Apakah dunia yang merencanakan cinta? Atau cinta yang
merencanakan dunia? Entahlah. Bukan itu yang harus dipikir. . . .
Ketika kerinduan datang dan tak bisa mengucapkannya satu
sama lain, apakah itu sebuah derita? Percayalah, itu bukanlah penderitaan. Ada
yang ingin tahu, sebesar apa hatimu untuk mampu bersabar memendam yang tak
mudah. Akan ada keajaiban yang terasa lebih indah dari yang kau bayangkan.
“Oh Tuhan... aku hanya ingin menatapnya walau hanya
menatap punggungnya. Aku hanya ingin berucap, meski telinga itu tertutup oleh
mimpi. Aku hanya ingin menggenggam meski hanya untuk menggenggam asanya” ucap
Si Gadis dalam hatinya.
Jika kau berpikir waktu begitu jahat telah menjadi
dinding diantara kalian, kau tak pantas mendapatkan ketulusan cinta. Cinta
bukanlah tentang apa yang bisa dibayangkan, tapi rasakanlah. Jangan bayangkan
akan indahnya cinta di kepala, tapi rasakanlah dari hatimu.
Si Gadis terus mencoba berjalan menuju dimana Si boy
tengah asik dengan gadged-nya. Ada
langkahan yang terhenti. Tiba-tiba terhenti, tanpa ia tahu apa sebabnya.
Hatinya begitu kencang berdetak. Melebihi detak jantungnya tatkala ia
bertatapan satu sama lain dengan Si Boy tempo hari.
“Melihatmu dari jauh dengan senyuman yang manis di
wajahmu, lebih terasa indah. Bagaimana mungkin, aku tak bisa melihat senyum
manismu itu bila matamu menatap mataku. Apa senyummu itu akan hilang, bila aku
tergesa memiliki senyummu seutuhnya dan selamanya” Si Gadis itu ragu.
Cinta bukan tentang apa yang kan didapatkannya, tapi
cinta tentang apa yang kau beri. Kau akan mendapatkan yang lebih indah dari
skenario Cinta yang dirancang oleh Yang Maha Kuasa, bila kau mau memberi dengan
tulus. Ya. Cinta adalah memberi, bukan menghutangi.
Si Gadis itu tersenyum. Tersenyum melihat Si Boy yang
tersenyum tepat dihadapan layar gadged
digenggamannya. Masih ada jarak jauh antara Si Gadis dan Si Boy, tetapi Si
Gadis tak lagi merasa gulana. Hatinya masih berdetak kencang. Tapi bayangannya
tak ingin melewati kencangnya detak itu. Ia percaya, Cinta akan memberikan
pertemuan yang indah. Pertemuan antara senyum Si Gadis dan senyum Si Boy. Bersama
rasa-rasa yang terpendam.
“Aku akan menunggu. Aku akan memendam. Aku akan datang
suatu saat nanti, jika kau datang jua padaku membawa senyum manismu itu. Aku
hanya perlu berdamai dengan ruang dan waktu. Aku akan setia menanti jemput dari
mu...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar