Jumat, 13 Januari 2017

*Memendamnya



Love Story (Cerita Cinta)
by Islamiyah Al-Atifah
 
*Memendamnya

Bukan tanpa makna. Ruang yang tak pernah mempertemukan dua sejoli, bukanlah tanpa alasan. Meskipun kerinduan akan tatapan yang ingin dua insan itu luapkan tak pernah menemukan kesempatan. Ada yang membisik pada dunia, tentunya. Mereka merencanakan sesuatu yang tak disangka oleh dua insan yang berasmara. Rencana itu adalah Cinta.

Apakah dunia yang merencanakan cinta? Atau cinta yang merencanakan dunia? Entahlah. Bukan itu yang harus dipikir. . . .
Ketika kerinduan datang dan tak bisa mengucapkannya satu sama lain, apakah itu sebuah derita? Percayalah, itu bukanlah penderitaan. Ada yang ingin tahu, sebesar apa hatimu untuk mampu bersabar memendam yang tak mudah. Akan ada keajaiban yang terasa lebih indah dari yang kau bayangkan.

“Oh Tuhan... aku hanya ingin menatapnya walau hanya menatap punggungnya. Aku hanya ingin berucap, meski telinga itu tertutup oleh mimpi. Aku hanya ingin menggenggam meski hanya untuk menggenggam asanya” ucap Si Gadis dalam hatinya.

Jika kau berpikir waktu begitu jahat telah menjadi dinding diantara kalian, kau tak pantas mendapatkan ketulusan cinta. Cinta bukanlah tentang apa yang bisa dibayangkan, tapi rasakanlah. Jangan bayangkan akan indahnya cinta di kepala, tapi rasakanlah dari hatimu.

Si Gadis terus mencoba berjalan menuju dimana Si boy tengah asik dengan gadged-nya. Ada langkahan yang terhenti. Tiba-tiba terhenti, tanpa ia tahu apa sebabnya. Hatinya begitu kencang berdetak. Melebihi detak jantungnya tatkala ia bertatapan satu sama lain dengan Si Boy tempo hari.

“Melihatmu dari jauh dengan senyuman yang manis di wajahmu, lebih terasa indah. Bagaimana mungkin, aku tak bisa melihat senyum manismu itu bila matamu menatap mataku. Apa senyummu itu akan hilang, bila aku tergesa memiliki senyummu seutuhnya dan selamanya” Si Gadis itu ragu.

Cinta bukan tentang apa yang kan didapatkannya, tapi cinta tentang apa yang kau beri. Kau akan mendapatkan yang lebih indah dari skenario Cinta yang dirancang oleh Yang Maha Kuasa, bila kau mau memberi dengan tulus. Ya. Cinta adalah memberi, bukan menghutangi.

Si Gadis itu tersenyum. Tersenyum melihat Si Boy yang tersenyum tepat dihadapan layar gadged digenggamannya. Masih ada jarak jauh antara Si Gadis dan Si Boy, tetapi Si Gadis tak lagi merasa gulana. Hatinya masih berdetak kencang. Tapi bayangannya tak ingin melewati kencangnya detak itu. Ia percaya, Cinta akan memberikan pertemuan yang indah. Pertemuan antara senyum Si Gadis dan senyum Si Boy. Bersama rasa-rasa yang terpendam.

“Aku akan menunggu. Aku akan memendam. Aku akan datang suatu saat nanti, jika kau datang jua padaku membawa senyum manismu itu. Aku hanya perlu berdamai dengan ruang dan waktu. Aku akan setia menanti jemput dari mu...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar